Selasa, 17 Maret 2015

Cerpen(Cerita Pendek)

Cerita pendek atau sering disingkat sebagai cerpen adalah suatu bentuk prosa naratif fiktif. Cerita pendek cenderung padat dan langsung pada tujuannya dibandingkan karya-karya fiksi lain yang lebih panjang, seperti novella (dalam pengertian modern) dan novel. Karena singkatnya, cerita-cerita pendek yang sukses mengandalkan teknik-teknik sastra seperti tokoh, plot, tema, bahasa dan insight secara lebih luas dibandingkan dengan fiksi yang lebih panjang. Ceritanya bisa dalam berbagai jenis.
Cerita pendek berasal dari anekdot, sebuah situasi yang digambarkan singkat yang dengan cepat tiba pada tujuannya, dengan paralel pada tradisi penceritaan lisan. Dengan munculnya novel yang realistis, cerita pendek berkembang sebagai sebuah miniatur, dengan contoh-contoh dalam cerita-cerita karya E.T.A. Hoffmann dan Anton Chekhov.

kumpulan beberapa cerpen remaja
  1. Sahabat Pertama dan Terakhirku

Hai kenalin nama aku Eka. Kali ini aku mau bercerita tentang persahabatanku bersama teman-temanku. Aku punya sahabat yang sangat menyayangiku, mereka adalah Iluh, Candra dan Vian. Kami berjanji untuk tetap bersahabat sampai mati.
Awal kami bertemu adalah, saat itu aku mengikuti tes tertulis di sekolah Favoritku. Awal masuk tes aku merasa takut banget, karena di sekolah itu tak ada satu teman pun yang aku kenal. Bahkan kemana pun aku pergi pasti hanya sendiri kalau nggak yang ditemenin ayahku.
Tapi tuhan memang sayang sama aku, Selesai tes, ada pembagian kelas. Di kelas itu ada seorang teman yang memanggilku dan mengajakku untuk duduk bersamanya. Ternyata nasibnya tak jauh beda sama aku, di sekolah itu dia juga tak ada satu pun teman yang dia kenal. Tapi kini dia dan aku juga punya nasib sama. Yapzz sama-sama menemukan teman baru, ya walau pun Cuma kenal satu orang.
Hari kedua masuk sekolah aku punya teman baru lagi yang ngajak aku kenalan. Namanya Candra dan Vian. Mereka mengajak berkenalan aku dan iluh saat di dalam kelas, karena mereka duduk pas di belakang bangkuku dan iluh, jadi enak deh ngobrolnya. Saat itu vian sih udah lama kenal candra, tepatnya saat mereka pertama masuk tes bersama.
Kami walau pun baru kenal tapi udah sangat akrab banget. Semua hal hampir kami lakukan bersama-sama. Ngerjain tugas, Ke kantin, Liburan, Ke pasar, bahkan nangis dan tertawa pun bareng-bareng sama mereka. Kami memang bukan anak yang pinter, tapi kami anak yang selalu bekerja keras untuk mewujudkan mimpi kami. Saat salah satu dari kami ada yang terpuruk, pasti teman-teman yang lain segera menghibur. Vian dan Candra pernah bercerita kalau mereka punya mimpi untuk menjadi seorang Pianis terkenal dan bikin konser yang sangat heboh, makanya mereka mengikuti kegiatan musik piano di sekolah. Kalau aku dan Iluh juga punya mimpi, kami bermimpi untuk menjadi seorang desainer yang handal dan terkenal pastinya. Jadi aku dan iluh ikut les menjahit.
Tak terasa sudah lama kami bersama. Bahkan sekarang kami sudah kelas XI. Kami juga tetap bersama, kami terpilih masuk di kelas XI IPA 2. Di kelas itu kami juga punya banyak teman yang menyenangkan, tapi sahabat sejati ya tetap VICE. Yaitu, Vian, Iluh, Candra dan Eka. Di kelas XI kami juga mulai mengenal apa itu cinta, Kami juga saling curhat tentang orang yang kami cintai. Tapi ternyata walaupun kami berjanji untuk terbuka satu sama lain, namun tidak dengan aku.
Saat itu iluh bercerita kepada kami kalau dia jatuh cinta dengan kakak kelas kami, namanya Vino. Vino ini kapten basket di sekolah kami, banyak siswi di sekolah yang menggemarinya, ya termasuk aku. Namun perasaan ini tetap aku simpan dalam-dalam, karena aku takut kalau Iluh tau pasti dia marah sama aku. Sedangkan candra kini juga sudah mulai punya kekasih, namanya tia. Dan vian Berpacaran sama anak SMK sebelah, tapi tetep satu yayasan sih, namanya Nia.
Sampai pada persiapan perpisahan kakak kelas. Iluh dan Candra salah satu anggota OSIS di sekolah. Sepulang dari sekolah iluh mampir ke rumah aku, sedangkan aku dan Vian juga sudah lama menunggu kedatangannya. Iluh bercerita kepada aku dan Vian, kalau saat di sekolah tadi dia selalu bareng terus sama si Vino, yappz Vino juga anggota OSIS. Mendengar cerita iluh aku hanya tersenyum manis, walupun dalam hatiku menangis. Sedangkan si Vian terus-terusan bertanya kepada iluh tentang Iluh dan Vino di sekolah, maklum teman kami yang satu ini memang rada KEPO.
Kami melanjutkan belajar kelompok sampai larut malam, sembari menunggu Candra. Candra itu orangnya suka telat gak bisa tepat waktu, setelah ber jam-jam nunggu Candra akhirnya dia datang. Candra mendekati ku dan berbisik, kalau aku dapet salam dari Vino, aku terkejut mendengar itu dan aku pun malah balik marah sama candra.
Keesokan harinya di sekolah tiba-tiba si Vino menghampiriku, saat aku duduk sendiri di taman menunggu Iluh, Candra dan Vian yang masih ke kantin. Vino ngajak aku ngobrol, ya lumayan lama sih. Aku juga merasa aneh dengan si Vino. Tiba-tiba Vian, Candra dan Iluh datang, sedangkan Vino masih saja ngajak aku ngobrol. Iluh yang melihat aku dan Vino duduk berdua, dia langsung lari dan menagis. Aku dan Candra mengejarnya, ingin ku jelaskan semuanya agar dia tak salah sangka dengan aku dan Vino, Tapi apa boleh buat, dia langsung bolos sekolah dan pulang ke rumah.
Sepulang sekolah kami bertiga datang ke rumah Iluh, tapi Iluh tetep marah sama aku dan nggak mau ngomong sama aku, sedangkan sama Candra dan Vian dia biasa-biasa saja. Saat bertemu denganku di sekolah pun dia tak mau menegurku, bahkan dia pindah duduk bersama Vian dan aku duduk bersama Candra. Saat aku pergi ke toilet aku lihat ke lapangan basket, tiba-tiba si Vino menarikku dan menyatakan cintanya kepadaku. Di sudut kantin Iluh melihat semua yang terjadi di lapangan basket itu, Dia langsung mendekatiku dan bilang PENGHIANATT… kepadaku, disitu aku langsung menangis saat mendengar Iluh bilang gitu sama aku.
Sudah hampir dua minggu Iluh marah sama aku, Aku coba jelasin semuanya sama Iluh tapi dia tetap tak percaya padaku. Hingga aku minta Vino untuk menjelaskan semuanya sama Iluh. Vino bilang sama Iluh, kalau dia memang suka sama aku dan menyatakan cintanya padaku, tapi aku tak menerima cintanya karena aku tak mau menyakiti perasaan sahabatku sendiri. Walaupun sebenarnya aku juga cinta sama dia.
Sejak Vino yang menjelaskan semuanya kepada Iluh, tiba-tiba iluh datang dan minta maaf sama aku. Aku, Candra dan Vian kaget saat mendengar Iluh minta maaf sama aku, soalnya baru kali ini iluh minta maaf sama orang, maklum dia yang paling kecil di antara kami dan yang paling Egois.
Dan sejak saat itu juga, persahabatan kami kembali bersatu, kami kembali memulai cerita bahagia yang sudah lama hilang. Sahabat sejati, adalah sahabat yang bisa mengerti. “Kami semua bersatu untuk menggapai semua mimpi. Persahabatan kami lebih berharga dari segalanya.. Persahabatan kami tak akan pernah musnah selamanya. Aku akan tetap bersama kalian semua, sahabat-sahabatku tercinta”. Kami mengucapkan janji persahabatan kami itu di pinggir sungai tempat kami biasa nongkrong.
TAMAT   
      2.  Maaf Aku Salah Sangka 

Aku menatapnya sekali lagi. Menurut penilaianku sebagai seorang perempuan, dia tak begitu cantik. Tapi dengan gigi gingsul di rahang kiri atas membuat senyumannya begitu mempesona. Selalu saja membuatku iri, karena aku juga ingin sekali mempunyai gingsul sepertinya. Harus ku akui itu. Ia termasuk orang yang ramah, setiap keluar rumah dan melewati kerumunan kami yang sedang latihan kesenian daerah –randai- di halaman rumahnya, ia selalu tersenyum, sesekali menyapa pak pelatih kami.

Rambutnya panjang semampai, boleh dikatakan dialah “Rapunzel’ masa kini. Rambutnya sampai mata kaki. Jarang sekali perempuan muda mau memanjangkan rambutnnya sampai seperti itu. Aku saja tak mau. Ogah.
Tapi kurasa saat kalian melihatnya, kalian tak akan percaya kalau rambutnya bagaikan Rapunzel, karena jika akan bepergian kemanapun, ia selalu memakai kupluk, dan meyelipkan rambut panjangnya disana. Meninggalkan sedikit bagian ujung yang terurai. Membuat rambutnya terkesan pendek. Sekali waktu ia tergesa gesa hendak pergi, aku melihatnya sedang memasang kupluk sambil berjalan menuju teman laki laki yang telah menjemputnya. Rambutnya dijepit dan sisanya terurai sampai punggungya. Satu hal yang membuatku kagum padanya.
Aku juga suka style yang ia pakai, se-pengelihatan-ku ia tak pernah memakai barang barang yang branded. Mengingat itu bisa saja terjadi jika dilihat dari rumahnya yang besar dan halamannya yang sangat luas. Hingga mampu menampung kami untuk menumpang latihan kesenian disini. Dengan baju yang selalu lebih besar satu ukuran, lagging-stoking warna hitam atau coklat yang selalu ia pakai serta sepatu kets atau bots-nya, membuatnya terlihat seperti muda mudi Jepang atau Korea. So cute.
Tapi satu hal yang tak aku suka darinya. Setiap kali pulang kuliah di hari kamis, hari dimana aku selalu latihan kesenian di halaman rumahnya, selain hari Sabtu. Ia selalu saja diantar oleh laki laki yang berbeda. Mungkin dia seorang pemain hati, seorang player, itu opiniku. Jika tidak, pasti ia hanya akan diantar oleh satu laki laki saja, pacarnya.
Hari ini, kamis. Entah minggu keberapa sejak aku latihan randai di halaman rumahnya. Aku baru sampai. Aku melihat mobil jeep hitam terpakir di teras rumah yang besar itu. Aku mengenalinya. Itu mobil kak Tama, kakak laki lakiku. Oh, aku mengerutkan keningku, pikiran ku mulai melantur kemana mana. Mungkinkah kakakku itu salah satu selingkuhannya? Salah satu orang yang ia permainkan? Mengingat selalu saja ia diantar pulang oleh orang yang berbeda selama beberapa minggu terakhir ini. Aku menerawang lagi, apa yang dilakukan kak Tama disini? Aku mengeluarkan ponselku, mengirimkan pesan singkat untuknya.
Are you here?
Sent!
Beberapa detik kemudian hpku bergetar, mengalunkan lagu common deminiator milik Justin bieber.
Here? Dimana maksudnya?, Pesan singkat balasan dari kak Tama.
Di rumah cat putih yang lagi ada jeep hitamnya.
Sent!
Beberapa detik, hpku berdering lagi.
Hmm? Di rumah Kania? Ngapain kamu disini? pesan dari kak Tama lagi.
Kania? Jadi perempuan yang sering ku lihat dan sedikit ku kagumi itu namanya Kania. Aku bergumam pelan.
Ya aku disini, keluarlah cepat!
Sent!
Beberapa detik berikutnya, aku melihat sosok laki laki yang amat kukenali keluar dari rumah becat putih itu. ah, benar saja. Kak Tama menyunggingkan senyum menatap kearahku, mungkin ia terkejut kenapa aku bisa disini. Ia mendekat.
“kenapa kamu bisa ada disini?” kak Tama bersuara, ia kini telah berdiri tepat di depanku.
“aku yang harus bertanya. Apa yang kakak lakukan disini?” aku balik bertanya tak menjawab apa yang kak Tama tanyakan. kurasa pikiranku lebih berkecamuk dari pada pikiran kak Tama. Aku sungguh tak rela jika kakak laki laki ku ini menjadi salah satu orang yang dipermainkan oleh Kania.  Kak tama pernah bilang kalau ia memang punya pacar, tapi ia tak menyebutkan namanya padaku, nanti saja saat dia ku ajak ke rumah kalau dia mau. Itu jawabanya. Tapi ia pernah bilang kalau pacarnya itu berambut pendek sebahu. Eh, tentu saja. Kania bisa memanipulasi penglihatan orang lain tentang rambutnya bukan?
“Disini ru…” Kak Tama belum sempat menyelesaikan kalimatnya ketika sebuah suara yang lumayanku kenali menyapa dari arah belakangku.
“Tama, kenapa diluar?” ia melewatiku berdiri tepat di sebelah kak Tama. Sepertinya ia baru dari kedai yang ada di perempatan jalan setapak menuju rumahnya. Ada dua kantong plastik berisi penuh makanan ringan.
Ia mengikuti arah mata kak Tama, menatap dengan mata coklatnya kearahku.
“Hey, kamu mengenal adik ini Tam” ia beralih menatap kak Tama. Menunggu jawaban.
“Tentu, dia adikku. Shan. Kamu mengenalnya?.” Kak Tama kini mengalihkan tatapannya pada Kania. Membuat pikiranku makin menerawang tak jelas, melihat mereka bersitatap di depanku.
“Tentu, dia selalu latihan randai dua kali seminggu disini. Aku sering melihat, tapi aku tak tahu namanya. Rupanya dia adikmu. Aku Kania.” ia mengulurkan tanganya padaku di akhir penjelasannya kepada kak Tama.
Aku menerima uluran tanganya menyebutkan namaku. Lalu melepaskan dengan kasar. Aku mengusap wajah dengan sebelah tangan, tangan yang sebelahnya ku letankkan di pinggang, berkacak.
“Dia pacar kakak heh?” pertanyaan itu mengucur begitu saja dari mulutku. Tapi tak apa, saaat ini aku memang sangat ingin menanyakannya. Aku tak ingin kakakku terjebak dalam permainan Kania. Tentu.
Mereka kembali saling bersitatap, menyunggingkan senyum di bibir masing masing. Membuatku makin yakin kalau mereka berdua memang ada hubungan. Sepasang kekasih.
Sekian detik berlalu, mereka masih tersenyum dengan posisi yang sama. Tak berniat sama sekali untuk menjawab pertanyaanku, sepertinya.
Ehem. Aku berdehem. Membuat perhatian mereka kini tertuju padaku.
“Kalian pacaran?” aku mengulang pertanyaanku. Tapi sama seperti sebelumnya, mereka sama sekali tak menjawab. Membuatku kesal.
“Aku ngak suka kalau kak Tama pacaran sama dia.” Kaliamat itu lagi lagi mengucur begitu saja dari mulutkku. Kini keduanya ternganga di depanku.
“Dia itu player. Dia suka pulang diantar cowok yang berbeda tiap pulang kuliah, dan aku ngak mau kak Tama jadi salah satu korbannya dia.” Aku menambahkan lagi. Emosiku memuncak, karena mereka berdua tak jua hendak menjawab pertanyaanku. Nafasku sedikit sesak.
“Aku bukan pacarnya kok.” Suara Kania membuatku sedikit mendongak menatapnya. Ia lebih tinggi dariku. Mungkin sepuluh senti. Tak ada ekspresi marah disana. Malah suaranya itu amat lembut.
Dia tersenyum ketika ia sadar mataku kini menatapnya intens.
“Bukan? Lalu kenapa kak Tama disini?” aku tak percaya apa yang ia katakan. Sungguh. Kurasa senyumnya barusan juga palsu.
“Kami hanya berteman, Shan.” Kini suara kak Tama.
“Aku ngak percaya. Mana ada laki laki yang datang ke rumah perempuan kalau bukan pacarnya.” Aku mendengus sebal. Kak Tama pikir aku ini bisa ditipu begitu saja seperti anak kecil? Aku sudah besar dan tentu aku amat mengerti hal seperti ini.
“Aku…” aku ingin melanjutkan semua opiniku yang akan menjatuhkan Kania, ketika pintu rumah Kania terbuka menampilkan seorang perempuan muda, berambut pendek sebahu. Dia tersenyum ke arah kami yang sepenuhnya telah menatapnya. Ia berjalan mendekat.
“Tam, adik kamu perhatian banget ya? Ngak nyesel deh punya pacar kayak kamu.” Ia bergelayut manja menggantungkan kedua tangan di pundak kak Tama di akhir kalimatya. Sukses membuat jantungku hampir keluar, tercekat di kerongkongan. Pacar?
Aku melongo menatapnya, mulutku pun terbuka lebar, menampilkan tampang paling idiot. Damn!
Mereka bertiga tersenyum kepadaku yang masih dengan tampang super idiot itu. Cepat cepat aku menundukkan kepala. Menyembunyikan wajahku yang mulai memerah melebihi merahnya buah tomat. Malu.
Kak Tama mengusap lembut kepalaku. Memberikan perhatian. Tentu ia menyadari posisiku saat ini.
Aku bergumam lirih, kembali mendongak menatap Kania.
“maaf, aku salah sangka. Maaf.”
Kania tersenyum, mengangguk. “Tentu” Kemudian berlalu masuk ke dalam rumahnya.
Kembali sukses membuatku terpana melihanya. Malu.

      3. Terpendamnya Cinta

Kisah ini berawal dari bangku SMA teman spesial ku yang ku temui di Yogyakarta, namanya Anton. Masa SMA Anton sangat berkesan untuknya, dia bisa dibilang anak berandal tapi baik hati. Asli hatinya baik namun pergaulan merubahnya, merok*k, minum-minuman keras, bahkan dia sempat mencoba g*nja sebelumnya. Namun itu berlangsung sebelum dia bertemu seorang gadis cantik bernama Ayu. Ayu adalah seorang gadis yang berparas cantik, kecantikannya bertambah anggun dengan sikap dewasa nya yang banyak dikagumi oleh banyak orang terutama teman-teman SMA nya. Ayu kos di dekat lingkungan sekolahnya, rumah ayu sebenarnya berada jauh dari daerah sekolah nya. Merebutkan hati Ayu sangat sulit menurut cowok-cowok yang berada di SMA nya karena Ayu sangat dingin terhadap cowok.
Ayu dan Anton belum saling mengenal awalnya dan itu pun berlanjut sampai kelas 2 SMA, dimana tiba saat pembagian jurusan dan Ayu berada di kelas IPA sedangkan Anton di kelas IPS 2. Di kelas 2 ini Anton dan Ayu sama-sama memiliki “Geng” sebutan keren masa itu. Anton di kelas IPS nya dan Ayu di Kelas IPA nya. Dan sebenarnya antara kedua kelompok itu sama-sama saling tidak menyukai alias ilfil gitulah. Sayangnya saat pihak sekolah mengadakan kegiatan Pesantren Kilat, harus menggabungkan kedua jurusan itu IPA dan IPS serta meminta para siswa untuk membentuk kelompok yang sudah ditentukan oleh guru yang menangani program pesantren kilat tersebut. Kebetulan Anton satu kelompok dengan Ayu, berhubung waktu di sekolah nggak mencukupi mengerjakan tugas itu, jadi Ayu menawarkan untuk melanjutkan pekerjaan kelompoknya di tempat Ayu aja yang kebetulan tidak begitu jauh dari sekolah. Anggota kelompoknya pun menyetujui itu termasuk si Anton. Anton yang terkenal tanggap, semenjak satu kelompok dengan Ayu seolah mati kutu dan menjadi diam seribu bahasa. Teman Anton yang kebetulan mengenali Anton langsung menegur Anton sambil becanda, “ton, kok tumben sih kamu diem aja…!!”, Anton hanya tersenyum mendengar temannya bicara seperti itu.
Sepulang sekolah Anton bergegas untuk berangkat ke kos Ayu untuk melanjutkan tugas kelompok yang tadi sempat tertunda di sekolah. Setiba di tempat Ayu, Anton dan teman-temannya pun langsung mengerjakan tugas mereka, teman Anton seketika berkata, “ton ngomong dong..!! dari tadi  diem aja kamu…”, lagi lagi Anton hanya tersenyum tanpa menjawab sepatah katapun. Tiba-tiba Ayu pun bertanya, “ton, kamu punya pendapat apa ngomong aja jangan diem terus…!!”, yaah mungkin karena Anton grogi ketemu Ayu kali ya jadinya Anton cuma senyum-senyum. Setelah selesai  mengerjakan tugas mereka pun pulang ke rumah mereka masing-masing, tapi tidak dengan Anton. Dia pergi menemui teman-temannya yang berada di tempat biasa mereka nongkrong. Anton bersenda gurau seperti biasanya, tidak seperti saat di rumah Ayu tadi yang diam seribu bahasa. Keesokan harinya pun telah tiba, hari terakhir pesantren kilat sekaligus hari mengumpulkan tugas yang telah diberikan kepada masing-masing kelompok. Saat itu Anton berkata dalam hati, “kenapa rasanya, aku ingin terus melihat Ayu ya… dan terlalu cepat ini berakhir, hmmm tapi ya sudahlah paling Cuma perasaan biasa saja”.
Pesantren Kilat pun sudah berakhir, mereka pun menjalani aktifitas seperti biasa berhubung saat itu sedang menjalankan puasa ramadhan maka aktifitas di sekolah pun lebih banyak berada di dalam ruang kelas. Saat istirahat tiba dan kebetulan Ayu tidak menjalankan puasa karena berhalangan, jadi Ayu berjalan menuju kantin sekolah dan ternyata Ayu bertemu dengan Anton yang berada di katin juga, Ayu langsung bertanya, “ton kamu puasa gak?, malu lho kalau gak puasa, anak SD aja pada menggebu-gebu belajar berpuasa masa kamu gak puasa, padahal kan kamu anak SMA bukan anak SD lagi”, Anton pun menjawab, “ya Ayu, aku puasa..”, Ayu berkata, “syukurlah, kalau gitu moga aja kamu gak bohong”. Mendengar ucapan Ayu tadi seketika Anton membatalkan pesanannya kepada ibu kantin, padahal sebelumnya Anton ke kantin untuk memesan makanan karena dari pagi dia tidak makan walaupun sebenarnya dia ikut makan sahur. Karena ikut-ikutan temannya yang ngajakin dia kekantin dia jadi berniat diam-diam makan alias membatalkan puasa tanpa sepengetahuan guru maupun teman-teman yang lain.
Waktu berlalu begitu cepat, dan lebaran pun tiba. Seperti biasa Anton dan teman-teman nya pergi bersilaturahmi ke rumah teman-teman yang lain untuk menyambut datangnya hari raya nan fitri ini. Anton di ajak temannya untuk berkunjung ke salah satu rumah yang Anton sendiri belum tahu rumah siapa yang akan didatangi. Ternyata saat mengetuk pintu yang keluar adalah gadis cantik kelas IPA yaitu Ayu, Anton pun kaget melihat Ayu dan diam seketika tanpa bicara apapun selama berada di rumah Ayu, padahal mereka bercanda serta bersenda gurau dan ngobrol hampir satun jam lamanya tapi Anton tidak berbicara satu patah kata pun. Ayu tersenyum ketika melihat Anton yang dari tadi diam saja, si Candra salah satu teman Anton bertanya pada Anton, “tumben ton, kamu diam dari tadi”, lagi lagi di depan Ayu, Anton hanya tersenyum.
Setelah peristiwa mendadak ketemu pas momen lebaran kemarin Anton dan Ayu pun jadi dekat, mereka saling bertukar nomor HP dan berkomunikasi setiap malamnya. Lama kelamaan mereka menjadi sangat akrab, semenjak kenal Ayu si Anton pun mulai menunjukkan perubahan sikapnya yang menjadi jauh lebih baik, dia sudah meninggalkan minuman keras dan hal-hal yang negatif yang pernah dia jabahi sebelumnya. Namun satu kebiasaan yang belum bisa dia tinggalkan yaitu merok*k, bagi nya sulit untuk berhenti merok*k sekaligus. Tapi perlahan dia sudah mengurangi kebiasaan merok*k itu, dan hanya merok*k ketika kumpul dengan teman-temannya saja. Karena Ayu juga tidak menyukai cowok yang perok*k makanya Anton tidak merok*k ketika jalan atau sedang bersama Ayu. Anton mulai sering mendatangi Ayu di rumahnya dan suatu hari Anton pun memberanikan diri untuk mengunggkapkan perasaannya ke Ayu. Saat itu pertama kalinya Anton menggenggam tangan Ayu, dan rasa bahagia menyelimuti hatinya karena dia bisa memegang tangan seorang cewek yang sangat ia sayangi. Namun sayangnya respon Ayu tidak sesuai dengan apa yang diharapkan oleh Anton, Ayu menolak Anton untuk menjadi kekasihnya. Alasan Ayu karena sahabatnya Gina tidak menyetujui hubungan mereka, Gina adalah teman akrab Ayu di kos dan juga teman satu kelas Anton. Gina bilang umur mereka terpaut cukup jauh bahkan lebih tua Ayu dari pada Anton dan menurut Gina mereka memiliki sifat yang berbeda dan susah untuk menyatukan sifat mereka.
Berkali-kali Anton menyatakan perasaannya namun respon Ayu tetap sama. Kali ini Anton akan mengungkapkan perasaan sayang nya kepada Ayu dan ternyata Gina tahu hal itu, seketika Gina langsung memanggil mereka berdua untuk bertemu dan saling bicara tentang hubungan mereka. Ketika bertemu itulah Gina bertanya kepada Anton tentang perasaan Anton kepada Ayu dan Anton berbicara yang sebenarnya bahwa Anton sangat menyayangi Ayu. Sontak Ayu menjawab, “aku tidak mau menerimamu, aku tahu kamu masih merok*k di belakangku padahal kamu bilang kamu tidak akan merok*k lagi”, Anton pun kaget mendengar pernyataan Ayu tadi, dan Anton pun tahu Pasti Gina yang sudah menceritakan hal itu ke Ayu. Sebenarnya itu juga merupakan salah satu alasan Anton untuk menerima alasan Ayu menolaknya, dan Anton takut kalau Gina akan menceritakan apa yang dia perbuat di belakang Ayu. Dan sebenarnya Anton sudah mengurangi mengkonsumsi rok*k, namun yang ditakutkan Anton terjadi juga. Gina berkata, “sudahlah sekarang mendingan kalian jaga jarak aja dan fokus untuk ujian, karena kalian tidak bisa bersatu, sifat kalian berbeda satu sama lain”, Ayu dan Anton pun menyetujui hal itu mentah-mentah.
Ujian pun berlangsung dengan lancar dan berjalan dengan lancar sampai hari akhir ujian. Keesokan harinya saat selesai melaksanakan ujian yang menguras otak, Anton bersenda gurau dengan teman-temannya seperti biasa di depan kelas berhubung ujian nya sudah selesai dan hanya tinggal menunggu pengumuman kelulusan dan nggak ada jam pelajaran lagi. Tiba-tiba pandangan Anton tertuju pada ruang guru yang berada lurus dari koridor kelasnya dan dia melihat Ayu bersama orangtuanya sedang berada di ruangan itu. Ayu pun menoleh dan melihat Anton dari kejauhan ya.. seperti kontak mata mereka begitu tajam dan menyatu. Feeling Anton pun menjadi nggak enak karena melihat pandangan Ayu yang redup. Anton berjalan menghampiri salah seorang teman kelas Ayu yang bernama Fina, “fin, kenapa Ayu berada di ruang guru..?”, fina pun menjawab, “dua hari lagi Ayu akan berangkat ke Jakarta untuk kuliah disana”, Anton terkejut mendengar hal itu. Dia langsung menghubungi Ayu via sms dan Anton bertanya tentang kebenaran keberangkatannya yang kurang dua hari lagi, ternyata itu semua benar. Anton mengungkapkan isi hatinya lagi pada Ayu lewat sms karena selama menjelang ujian dan sesudahnya mereka benar-benar lost kontak. Ternyata Ayu merespon baik perasaan Anton. Anton tak ingin membuang-buang waktu lagi, seketika ia menelefon Ayu dan bertanya, “yu, mau nggak kamu jadi pacar ku?”, ayu pun menjawab, “ya, aku mau”, Anton sangat bahagia mendengar pernyataan Ayu dan Anton pun langsung berteriak, “aku diteeerriiimaaa!!!”, teman-teman yang mendengarpun ikut bahagia mendengar Anton yang lagi berbunga-bunga akan cinta Ayu. Tapi ada satu syarat yang diminta oleh Ayu, Ayu minta untuk merahasiakan hubungan mereka sementara waktu. Syarat itu diajukan Ayu karena untuk menyembunyikan dari Gina sahabatnya yang juga teman Anton. Anton menyetujui itu, ya mungkin syarat apapun akan dipenuhi Anton demi mendapatkan sosok cewek yang benar-benar ia sayangi.
Hari keberangkatan Ayu pun tiba namun sayangnya Anton tidak bisa ikut mengantarkan Ayu karena Anton tidak ada kendaraan, bandara dengan rumah Anton cukup jauh. Tak lama setelah Ayu berangkat ke Jakarta, Anton pun berangkat ke Yogyakarta untuk melanjutkan sekolah ke perguruan tinggi Yogyakarta. Semenjak mereka jadian sampai 1 bulan lebih berlalu mereka belum pernah bertatap muka secara langsung tapi komunikasi tetap lancar. Suatu hari mereka mengalami konflik, Ayu merasa sangat takut kehilangan Anton dan Ayu mungkin sangat merindukan Anton sehingga mulai muncul perasaan-perasaan curiga kepada Anton. Ketika itu Anton jatuh sakit dan dirawat di rumah sakit, Anton pun lupa mengabari Ayu. Sayangnya Ayu langsung menyimpulkan begitu cepat, Ayu merasa Anton bersama wanita lain padahal Anton terbaring Sakit, seketika pula Ayu mengambil keputusan untuk mengakhiri hubungan mereka sebenarnya sayang banget untuk diakhiri karena apa yang telah mereka perjuangkan itu murni dari hati. Anton sudah berusaha keras menjelaskan bahwa ia sedang di rumah sakit dan meluruskan kesalah fahaman itu, namun sifat keras Ayu tidak menerima alasan Anton apapun itu. Anton sangat sedih dan merasa kehilangan, tapi salutnya ia tidak berhenti meyakinkan Ayu bahwa ia masih sangat menyayangi Ayu sekalipun mereka sudah resmi putus saat itu. Lagi lagi Ayu bersikeras untuk tidak kembali lagi kepada Anton.
Semua itu sudah berlalu selama 6 bulan Anton berusaha membujuk Ayu, sayangnya tidak berbuah hasil. Anton memutuskan untuk move on bahasa keren jaman sekarang alias pindah ke lain hati samapai dia bertemu dengan gadis cantik bernama Lusi. Dia mulai dekat dengan Lusi, bisa jadi ia akan menjalin kisah kasih bersama Lusi. Namun tiba-tiba Ayu muncul kembali dan berkata ingin kembali seperti dulu lagi. Dia muncul saat Anton memutuskan untuk move on dan Anton tidak ingin untuk kembali lagi dengan Ayu, walaupun di lubuk hati paling dalam Anton masih menyayangi Ayu. Karena dia tidak mau mengecewakan Lusi yang hadir dalam hidup barunya maka ia tetap untuk memutuskan tidak kembali ke masa lalunya. Ya semoga saja teman spesial ku si Anton mendapatkan wanita yang terbaik untuk hidupnya siapapun wanita itu, dia bahagia aku dan orang-orang terdekatnya pun pasti ikut merasakan kebahagiaan yang ia rasakan.
“Cinta bukan sebuah kata, namun perasaan kasih yang real adanya”
 TERIMA KASIH

0 komentar:

Posting Komentar